Mengapa Kita Beragama
Artikel
Kebanyakan, kita
mengenal dan memeluk agama karena pengaruh lingkungan keluarga dan tradisi yang
mapan dalam masyarakat. Setelah melalui proses belajar dan dengan bertambahnya
usia serta pergaulan, tentu saja seseorang memiliki alasan dan penjelasan lebih
rasional mengapa memeluk agama, meskipun tidak semua keyakinan dan pengalaman
beragama bisa dijelaskan secara logis-rasional.
Pokok dari keberagamaan,
setelah beriman pada Allah dan keabadian jiwa, adalah berdoa. Bagi umat Islam,
inti salat adalah berdoa.Ada dua dorongan psikologis mengapa seseorang berdoa
pada Tuhan. Pertama, adanya rasa takut melihat dirinya kecil, tak berarti, di
tengah semesta yang maha besar tak terjangkau garis tepinya ini.
Bagi yang tidak
memahami kandungan dan perilakunya yang penuh misteri. Jadi, rasa takut
merupakan salah satu dorongan manusia mengapa berdoa memohon pertolongan dan
perlindungan. Oleh karena itu, banyak ditemukan teks doa yang mengiba-iba mohon
ampun dan perlindungan kepada Tuhan.
Motivasi lain mengapa
seseorang meyakini adanya Tuhan dan kemudian selalu melakukan ritual doa adalah
adanya rasa kagum melihat kebesaran, keberlimpahan dan keindahan semesta
ini.Semua kebutuhan manusia tersedia di jagat semesta.
Kehidupan di dunia ini
adalah bagaikan taman raksasa yang sangat indah tempat manusia terlahir dan
tumbuh, yang semuanya tersedia bukan dari hasil ciptaan tangannya. Rasa kagum
ini memunculkan penalaran logis dan sikap keberagamaan, bahwa semesta ini pasti
ada penciptanya yang Mahaindah dan Mahaagung yang kepadanya manusia mesti
bersyukur.
Oleh karena itu adanya
rasa kagum ini, dalam berdoa seseorang lalu memuji Tuhan.Puji-pujian terhadap
Tuhan akan dijumpai di semua ajaran agama.Pujian dan permohonan merupakan inti
dari ritual keagamaan. Pujian sebagai ungkapan terima kasih, sedangkan
permohonan akan perlindungan Tuhan muncul dari rasa takut.
Ekspresi dari dua
keyakinan dan perasaan ini lalu diwujudkan dalam bentuk festival keagamaan.
Festival keagamaan mengandung beberapa ciri, yaitu :
Pertama : sifatnya
masif-komunal, dilaksanakan secara beramairamai.
Kedua : ada aturan
atau norma yang dibakukan dan cenderung disakralkan tata cara atau prosedur
upacaranya, termasuk dalam hal pakaiannya.
Ketiga : doa merupakan
inti upacara, yang mengandung maksud untuk memuja dan membujuk Tuhan,agar Tuhan
menjauhkan bencana. Pada tradisi agama tertentu ada yang diwujudkan dalam
sesajen, dimaksudkan untuk membujuk dan mengiba pada Tuhan agar tidak marah.
Keempat : festival
agama dilakukan tidak sembarang tempat dan waktu, melainkan pada tempat dan
momen yang dianggap mulia dan suci. Dalam Islam,yang paling spektakuler adalah
festival ibadah haji.
Semua agama kalau
diselami memiliki dua kutub fundamental. Bermula dari keyakinan adanya Tuhan
Sang Pencipta dan Pemilik semesta, berujung pada keyakinan adanya keabadian
jiwa setelah kematian nanti. Yang paling diharapkan oleh orang beragama adalah
memperoleh keselamatan dan kebahagiaan di akhirat nanti,sehingga setiap agama
mengenal konsep surga-neraka dengan pengertiannya yang berbeda-beda.
Dari dua kutub
keyakinan fundamental itu muncul doktrin dan ajaran lainnya, terutama doktrin
ritual bagaimana tata cara menyembah Tuhan dan doktrin tentang amal saleh.
Dengan demikian, semua dimensi agama yang paling menonjol ada empat,yaitu
beriman pada Tuhan, pada nasib baik buruk setelah kematian,adanya ritual
keagamaan, dan konsep amal kebajikan dalam hidup.
Guna Mengerti siapa
Tuhan dan apa kehendak-Nya, muncul dua macam agama; agama wahyu (revealed
religion) dan agama yang tumbuh secara alami (natural religion). Apa
yang disebut sebagai rumpun agama Ibrahimik sangat kuat berpegang pada ajaran
wahyu yang disampaikan melalui Rasul-Nya.
Di dalam hal ini sosok
Musa,Isa,dan Muhammad,meneruskan ajaran para rasul sebelumnya, diyakini sebagai
perantara Tuhan untuk manusia, datang menyampaikan pesan dan ajaran-Nya,yang kemudian
terhimpun dalam kitab suci. Ada lagi keyakinan pada Tuhan dan ajaran moral
semata berdasarkan hasil pencarian berdasarkan nalar dan hati nuraninya.
Filsuf dan kaum
humanis meyakini Tuhan tidak berdasarkan kitab suci, tetapi dengan melakukan refleksi
dan kontemplasi. Hal serupa pernah juga dilakukan oleh Muhammad sebelum
didatangi malaikat Jibril membawa wahyu Tuhan.Novel filsafat Hayy bin Yaqdhan
karya Ibn Tufail memberikan ilustrasi bahwa dengan mengamati alam seseorang
bisa sampai pada keyakinan adanya Tuhan.
Di dalam masyarakat
Barat modern ataupun tradisional ditemukan komunitas yang meyakini adanya Tuhan
dan kehidupan akhirat, namun tidak mau terikat dengan institusi dan ajaran
agama yang formal. Mereka berbuat baik semata mengikuti hati nuraninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar